Inspirasi Program CSR : Duet Rasa dan Nutrisi
Masih banyak yang mengutamakan rasa ketimbang kandungan nutrisi. Kita tahu, kebiasaan ini bisa berbahaya. Tapi kesadaran masyarakat akan hal ini masih rendah.
Survei menunjukkan bahwa kebiasaan makan di Indonesia lebih menekankan rasa enak daripada kandungan nutrisi. Data dari Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) menunjukkan bahwa 30% masyarakat Indonesia terbiasa mengonsumsi makanan tinggi gula, garam, dan lemak. Terlebih lagi, 40% masyarakat mengaku bahwa mereka lebih memilih makanan yang “gurih” dan “manis” tanpa memikirkan efek kesehatan.
Bahkan, di kalangan anak-anak dan remaja, makanan manis dan camilan cepat saji sudah menjadi bagian dari keseharian. Perilaku ini tidak hanya terjadi di perkotaan, tetapi juga di pedesaan. Anak-anak yang terbiasa mengonsumsi minuman manis atau gorengan akan membawa kebiasaan ini hingga dewasa. Di situlah risiko kesehatan meningkat.
Bukan hanya konsumen yang kurang sadar. Banyak pelaku usaha kuliner di Indonesia yang tidak cukup paham tentang nutrisi dan gizi dalam makanan. Berdasarkan studi dari Universitas Indonesia, 75% pedagang kaki lima tidak memahami komposisi gizi atau efek kesehatan dari makanan yang mereka jual.
Banyak dari mereka menggunakan bahan baku murah, MSG berlebihan, dan minyak goreng yang dipakai berulang kali. Pedagang ini lebih berfokus pada rasa dan harga yang terjangkau agar menarik pembeli. Kondisi ini, tanpa disadari, turut memperburuk pola konsumsi masyarakat.
Tanpa disadari, pola makan yang tidak sehat telah menyebabkan berbagai penyakit serius di Indonesia. Menurut data dari Riskesdas, 34,1% masyarakat Indonesia menderita hipertensi, dan 10,9% mengidap diabetes. Obesitas pun menjadi masalah yang semakin membesar, terutama di kalangan anak-anak dan remaja. Data dari Kementerian Kesehatan menunjukkan bahwa angka obesitas pada anak meningkat menjadi 18,8% pada tahun 2023.
Pola makan tinggi gula, garam, dan lemak membuat tubuh rentan terhadap penyakit kronis seperti diabetes, penyakit jantung, dan bahkan stroke. Banyak yang tidak menyadari bahwa makanan yang mereka nikmati sehari-hari adalah pemicu utama dari kondisi kesehatan yang memburuk.
Sebagai perbandingan, Jepang adalah negara dengan budaya makan yang sangat sehat. Di Jepang, masyarakatnya memahami pentingnya makanan bergizi. Anak-anak diajarkan sejak dini tentang pentingnya sayuran, ikan, dan makanan seimbang. Di sekolah, mereka memiliki program makan sehat yang disesuaikan dengan kebutuhan nutrisi.
Budaya makan Jepang juga mengutamakan makanan yang alami dan tidak terlalu banyak diproses. Mereka lebih suka makanan yang disajikan dalam porsi kecil dengan variasi yang beragam. Selain itu, kebiasaan “Hara Hachi Bu,” yaitu makan hingga 80% kenyang, membantu mereka menjaga kesehatan dan berat badan ideal.
Contoh lainnya adalah Swedia. Masyarakat Swedia dikenal memiliki tingkat kesadaran yang tinggi terhadap makanan sehat. Mereka terbiasa mengonsumsi makanan segar, seperti buah-buahan, sayuran, dan biji-bijian. Di Swedia, minuman manis dan camilan tinggi gula tidak terlalu populer. Masyarakat Swedia cenderung lebih memilih makanan dengan kandungan gula rendah. Edukasi makanan sehat juga dimulai sejak dini, baik di rumah maupun di sekolah.
Melihat budaya sehat di Jepang dan Swedia, kita bisa belajar banyak. Kesadaran akan pentingnya makanan sehat bukan hanya membuat hidup lebih baik, tapi juga membantu menurunkan risiko penyakit jangka panjang.
Melalui Corporate Social Responsibility (CSR) ke masyarakat, perusahaan bisa berperan dalam meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya makanan sehat. Ini adalah bentuk kontribusi nyata yang bukan hanya memberi manfaat langsung pada masyarakat tetapi juga membangun reputasi positif bagi perusahaan.
Mengajarkan anak-anak tentang nutrisi dan makanan sehat sejak dini sangat penting. Perusahaan bisa bermitra dengan sekolah-sekolah untuk memasukkan pelajaran tentang gizi ke dalam kurikulum. Program ini bisa diwujudkan dalam bentuk modul edukasi, materi video, atau lomba memasak sehat untuk anak-anak.
Dengan cara ini, anak-anak akan belajar pentingnya nutrisi dalam makanan mereka. Ini tidak hanya membentuk kebiasaan makan sehat sejak dini, tetapi juga memberi bekal untuk membuat keputusan yang bijak saat memilih makanan.
Selain edukasi, perusahaan bisa mendukung sekolah dalam menyediakan kantin sehat. Kantin sekolah sering kali menjadi tempat di mana anak-anak membeli makanan sehari-hari. Dengan menyediakan kantin sehat, anak-anak akan lebih mudah mengakses makanan bergizi.
Kantin sehat bisa menyediakan makanan seperti sayuran, buah-buahan, dan makanan rendah gula. Perusahaan juga bisa menambahkan poster edukasi atau informasi nutrisi untuk meningkatkan kesadaran anak-anak tentang makanan yang mereka konsumsi.
Pedagang kaki lima dan warung makan juga perlu mendapat edukasi tentang pentingnya menyediakan makanan sehat. Program CSR bisa melibatkan pelatihan bagi para pedagang tentang cara memilih bahan makanan yang lebih sehat, teknik memasak yang rendah lemak, serta penggunaan gula dan MSG secara tepat.
Edukasi ini bisa berupa lokakarya atau seminar yang melibatkan ahli gizi dan kesehatan pangan. Dengan memberi edukasi pada pelaku usaha, mereka bisa lebih memahami manfaat menyediakan makanan yang tidak hanya enak tapi juga sehat.
Menggandeng influencer adalah langkah strategis dalam program CSR. Influencer memiliki pengaruh besar dalam membentuk pola pikir masyarakat, terutama anak muda. Melalui program CSR, perusahaan bisa mengajak influencer untuk membuat konten edukatif tentang makanan sehat.
Konten ini bisa berupa tips memilih makanan sehat, cara membaca label nutrisi, atau cara memasak makanan sehat. Selain di media sosial, influencer juga bisa diajak terjun langsung ke lapangan, misalnya mengunjungi sekolah atau pasar untuk mengedukasi masyarakat secara langsung.
Program CSR juga bisa dikembangkan ke tingkat keluarga dan masyarakat luas. Perusahaan bisa membuat kampanye melalui media sosial, aplikasi kesehatan, atau menyelenggarakan acara komunitas yang mengajarkan pentingnya pola makan sehat.
Misalnya, perusahaan bisa mengadakan acara masak bersama, di mana masyarakat diajarkan cara memasak makanan bergizi dengan bahan yang mudah didapat. Selain itu, perusahaan juga bisa membuat aplikasi atau situs web yang menyediakan resep makanan sehat, tips nutrisi, dan kalkulator kalori. Edukasi ini akan membantu masyarakat lebih memahami pentingnya pola makan sehat dalam kehidupan sehari-hari.
Perusahaan juga bisa menyelenggarakan acara komunitas yang berfokus pada kesehatan, seperti pemeriksaan kesehatan gratis, lomba memasak sehat, atau acara olahraga. Selain mengedukasi, kegiatan ini juga akan mendorong masyarakat untuk hidup lebih sehat secara keseluruhan.
Mengubah pola makan masyarakat memang tidak mudah, tapi dengan edukasi yang tepat dan peran aktif dari berbagai pihak, perubahan bisa terjadi. Program CSR yang fokus pada penyuluhan makanan sehat adalah langkah konkret untuk menciptakan masyarakat Indonesia yang lebih sehat.
Dengan mengedukasi anak-anak, pedagang, influencer, dan masyarakat, perusahaan dapat berperan penting dalam menciptakan budaya makan sehat di Indonesia. Meski perubahan tidak terjadi secara instan, setiap langkah menuju kesadaran makanan sehat adalah investasi besar untuk masa depan yang lebih cerah dan sehat. Dengan program CSR komprehensif, perusahaan tidak hanya membantu meningkatkan kualitas hidup masyarakat tetapi juga berkontribusi pada pembangunan bangsa yang lebih sehat dan kuat.
Al Mujizat (Founder SVI)
Tags: CSRNutrisi, ProgramCSR