Tanggung Jawab Sosial Korporasi di balik Ironi Susu Lokal yang Terbuang

By:

Di tengah tingginya permintaan susu, ada ironi pahit di industri susu Indonesia. Bayangkan, para peternak sapi perah lokal kini justru harus membuang susu segar yang baru diperah. Karena perusahaan pengolahan susu lebih memilih susu impor dibandingkan hasil perahan peternak lokal.

Aksi membuang susu sebagai protes terhadap rendahnya penyerapan susu lokal oleh perusahaan besar. Mereka kecewa karena kontrak pembelian susu yang sudah terjalin bertahun-tahun kini mulai dipangkas atau bahkan diputus. Sejak akhir September 2024, dilaporkan sekitar 500 ribu liter susu telah terbuang di Pasuruan. Tumpahan susu ini adalah bentuk protes peternak terhadap keputusan bisnis yang menurut mereka mengabaikan produk dalam negeri.

Indonesia masih bergantung pada impor untuk memenuhi kebutuhan susu nasional. Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) dan Asosiasi Peternak Sapi Perah Indonesia (APSPI) menunjukkan bahwa konsumsi susu di Indonesia pada 2023 mencapai sekitar 4,4 juta ton, tetapi produksi susu lokal hanya menyumbang sekitar 1 juta ton—itu berarti hanya 22-25% dari total kebutuhan. Sisanya, sekitar 3,3 juta ton, berasal dari produk impor dengan nilai lebih dari USD 1 miliar per tahun. Produk impor ini sebagian besar datang dari negara-negara seperti Selandia Baru dan Australia, yang sudah terkenal dengan kualitas dan standar industri susu mereka.

Perusahaan pengolahan susu di Indonesia beralasan bahwa susu impor lebih stabil dari segi kualitas dan kuantitas. Mereka mengklaim bahwa produk lokal belum sepenuhnya mampu memenuhi standar industri, terutama dalam hal konsistensi produksi dan keamanan pangan. Namun, para peternak merasa hal ini hanya alasan bagi perusahaan untuk mendapatkan keuntungan lebih besar dari pasar internasional, sementara mereka harus menanggung kerugian besar.

Secara ekonomis, membeli susu dari peternak lokal seharusnya lebih menguntungkan. Biaya transportasi dan logistik impor dapat ditekan. Susu lokal tidak perlu melewati prosedur pengiriman antar negara, yang biasanya memakan waktu lama dan biaya tinggi. Selain itu, risiko yang terkait dengan fluktuasi nilai tukar mata uang asing juga bisa dihindari.

Jika perusahaan memilih susu lokal, mereka bisa mendapatkan pasokan lebih cepat, lebih segar, dan dengan harga yang lebih kompetitif. Selain itu, membeli susu lokal berarti perusahaan berkontribusi pada pengembangan ekonomi di tingkat lokal, yang tentunya akan menguntungkan perusahaan dalam jangka panjang.

Dari sudut tanggung jawab sosial perusahaan (CSR), Perusahaan susu perlu bertanggung jawab atas dampak keputusan bisnis mereka pada peternak lokal. Mereka seharusnya secara transparan menyampaikan kebijakan pembelian produk dan alasan di balik keputusan untuk mengurangi pembelian susu lokal. Keterbukaan ini membantu membangun kepercayaan antara perusahaan dan peternak. Peternak lokal adalah pemangku kepentingan utama bagi perusahaan pengolahan susu. Menghormati kebutuhan mereka berarti perusahaan harus menciptakan kondisi di mana peternak merasa didukung. Langkah konkret bisa berupa pertemuan rutin dengan peternak untuk memahami tantangan mereka dan mencari solusi bersama.

Tanggung jawab sosial perusahaan selanjutnya mencakup pemberdayaan ekonomi lokal. Dengan membeli susu lokal dan membantu peternak untuk meningkatkan kualitas produk mereka, perusahaan mendukung keberlanjutan ekonomi peternak dan komunitas sekitar.

Perusahaan dapat menciptakan keberlanjutan dengan membangun rantai pasokan yang mendukung produk dalam negeri. Jika perusahaan lebih memilih produk lokal daripada impor, hal ini tidak hanya meningkatkan pendapatan peternak tetapi juga membantu industri susu Indonesia berkembang.

Tanggung jawab sosial yang dipadukan dengan Creating Shared Value (CSV) memungkinkan perusahaan menciptakan nilai bagi bisnis sekaligus memberikan manfaat bagi masyarakat. Dalam konteks industri susu, CSV bisa berarti membina peternak lokal agar mereka mampu memproduksi susu berkualitas tinggi yang dapat memenuhi standar industri.

Perusahaan susu dan peternak sapi lokal harusnya membangun kemitraan yang solid. Kemitraan ini dapat berbentuk program pembinaan dan peningkatan kapasitas produksi peternak agar dapat memenuhi standar industri. Peternak tidak hanya diajari tentang kualitas produksi tetapi juga didukung dalam hal manajemen produksi, pengelolaan limbah, dan teknik pengawetan susu.

Misalnya, perusahaan bisa menyediakan fasilitas dan teknologi modern kepada peternak, seperti alat pendingin yang memungkinkan susu disimpan lebih lama tanpa menurunkan kualitas. Selain itu, perusahaan juga bisa mengadakan pelatihan berkelanjutan bagi peternak, dari cara memerah susu yang higienis hingga menjaga kualitas produk sesuai standar

Jika kita ingin melihat industri susu Indonesia yang mandiri dan berdaya saing, kita perlu membangun ekosistem yang mendukung produk lokal. Aksi membuang susu oleh peternak adalah tanda nyata bahwa ada yang tidak beres dalam rantai pasokan industri susu kita. Pemerintah, perusahaan, dan masyarakat harus bersinergi untuk memperkuat produk dalam negeri, sehingga kita tidak perlu terus bergantung pada impor. Dengan mengedepankan kemitraan, tanggung jawab sosial, dan nilai bersama, perusahaan dapat menciptakan industri susu yang lebih berkelanjutan dan memberi manfaat bagi seluruh pihak. Membeli susu lokal tidak hanya berdampak positif pada peternak, tetapi juga memperkuat kedaulatan pangan Indonesia. Ini adalah peluang besar bagi perusahaan untuk menjadi bagian dari perubahan positif dan memastikan bahwa susu lokal kita memiliki tempat istimewa di pasar.

Al Mujizat, Founder SVI

Tags: , , , ,